FILOSOFI TERBENTUKNYA YAYASAN AZZAHRA

Tampak sekumpulan anak-anak bermain bebas tanpa mengindahkan waktu, situasi, dan
etika sebagai anak. Bapak-bapak mereka sibuk mencari nafkahsejak pagi hingga menjelang
petang, sementara sang ibu membiarkan anak- anaknya bermain, seakan-akan menyerah
dengan tingkah pongah kelakuan anaknya.

Pendidikan agama dan kegiatan sekolah adalah suatu yang diabaikan. Anak-anak itu,
sebagian besar tidak menuntaskan pendidikan formalnya di sekolah. Bahkan, mereka dicetak
sebagai komoditas mesin uang keluarga dengan cara mengemis, mengamen, bahkan diperintah
untuk mencari barang-barang bekas.

Kondisi inilah, yang menjadi tergugahnya pasangan suami-isteri (Ust.Suyatno dan Iis Ariyani)
membentuk pengajian anak-anak. Mereka diberi materi agama islam dan juga motivasi menjadi muslim yang cerdas serta berhasil.

Satu bulan kemudian, atas bantuan 2 orang muslimah (Pitriyah dan Andarwati) tepatnya pada 15 September 2002 dibentuklah Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) Azzahra. Selama 4 tahun pelajaran, TPA telah membimbing lebih dari 200 santri. Setelah itu pada 17 September 2006 dideklarasikan lembaga baru bernama Perguruan Majelis Al-Qur’an (PMA) Azzahra – Jakarta.

Lembaga ini memperluas sepak terjangnya, diadakanlah majelis ta’lim kaum ibu dan juga untuk para pemuda-pemudi, pembinaan anak yatim dan anak putus sekolah. Bahkan, kegiatan sosial juga diadakan, diantaranya : pengobatan gratis, pembagian sembako, penyaluran hewan qurban/aqiqah, pembagian zakat, beasiswa anak yatim dan dhuafa, membuka posko bantuan musibah, rumah sehat dan ibu sadar gizi, serta koperasi syariah.

Dengan prestasi yang ada, pada tahun 2009 ini dijadikan momentum untuk meresmikan lembaga menjadi : YAYASAN AZZAHRA RUMAH SENYUM DHUAFA disingkat YARSED. Mudah-mudahan lembaga ini dapat bermanfaat untuk agama Islam, masyarakat dan bangsa Indonesia.

0 komentar:

Posting Komentar